Powered By

Free XML Skins for Blogger

Powered by Blogger

Selasa, 14 Desember 2010

Menunggu Akademi Seperti La Masia di Indonesia..

Akademi sepakbola Barcelona atau banyak orang menyebutnya La Masia telah berdiri sejak tanggal 20 Oktober 1979, berawal dari ide Johan Cruyff yang ingin membuat salinan Akademi Ajax di Barcelona demi menciptakan sebuah Tim yang dapat bermain bermain dengan gaya total football ala Johan Cruyff, sebuah filsafat permainan yang sering dikaitkan sebagai komponen kunci dalam keberhasilan Barcelona meraih juara dan kemudian menjadi daya tarik internasional sebagai gudangnya pesepakbola berbakat dari seluruh dunia. Akademi muda Barcelona ini menampung lebih dari 300 pemain muda, dan telah dipuji sejak tahun 2002 sebagai salah satu yang terbaik di dunia, menjadi faktor penting sukses Barcelona FC di Eropa serta timnas Spanyol di Piala Dunia yang lalu.

La Masia adalah bagian penting dari klub Barcelona guna mencari dan menjaring talenta-talenta berbakat, rumah bagi mereka yang ingin mendapatkan pendidikan dan pelatihan agar suatu saat dapat menjadi bagian dari Barcelona.

“Ini adalah investasi termurah jangka panjang karena sebuah klub harus melanjutkan dan mengembangkan klubnya.” Kata Carles Folguera, yang telah menjabat sebagai Direktur Akademi Barcelona sejak tahun 2002.

Di sana mereka belajar bagaimana membuat Barcelona jadi sumber kebanggaan bagi Catalans, La Masia hadir bagi mereka yang bangga dan cinta kepada klub seperti Barcelona dimana tim tersebut merupakan klub legenda dunia dan kebanggaan baik bagi bangsa Spanyol maupun Catalan.

Membantu anak-anak beradaptasi dan mengembangkan bakatnya merupakan tujuan utama didirikannya La Masia. Ketika Messi datang dalam usia 13 tahun pada tahun 2000, dia mengalami masalah dengan hormon tulang yang berarti bahwa ia memiliki ukuran tinggi badan yang tidak normal bila dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Berdasarkan kondisi tersebut, maka Akademi mendatangkan Para ahli untuk segera menindak lanjuti dan sekaligus mengawasi perkembangan Messi selama di La Masia. Pada akhirnya anak muda ini terus berkembang menjadi pemain hebat dan akan terus membuat sejarah bersama Barcelona.

“Sebagai seorang anak, yang mereka ajarkan adalah bahwa Anda tidak hanya bermain untuk menang tetapi untuk bertumbuh dalam kemampuan sebagai pemain,” kata Messi, yang berbagi kamar dengan seorang pemain basket. Itu karena Barca lebih dari sekedar sebuah klub sepakbola dan La Masia merupakan rumah bagi pemain hoki, bola tangan dan tim basket juga.

“Apa yang membuat La Masia berbeda adalah bahwa di sini kursus dilakukan selama 24 jam sehari, tujuh hari seminggu,” kata Folguera yang pernah menjadi mantan kiper Barca, yang kini telah berumur 41 kepada Reuters.

La Masia telah berhasil menghasilkan para pemain sepabola genius. Sepakbola jenius dengan ijazah di tiki taka, sebuah kata benda Spanyol yang berarti gaya yang menarik dari sepak bola, dengan menggunakan satu atau melewati pendek dua-touch. Sebanyak 16 pemain binaan asli mereka mampu tampil sebanyak 60,2 persen dari total menit yang dilalui Barcelona pada musim ini.

Ya Akademi memang telah menjadi salah satu bagian penting bagi klub sepakbola di era modern ini. Di Eropa dan Amerika latin Akademi digunakan sebagai lahan bagi mereka membentuk generasi penerusnya untuk maju ke level yang lebih tinggi. di Indonesia hanya memiliki sedikit akademi di level klub elitnya. Dari puluhan tim baik di Liga Super maupun Divisi Utama hanya ada beberapa akademi yang didirikan oleh klub. Proses pembinaan terbesar sepertinya hanya diambil alih oleh PSSI baik melalui IFA atau SAD Indonesia, sedangkan banyak dari pemain mereka yang diambil dari klub seperti arema dll, jangan sampai ada kejadian kasus Indriyanto Setyo Nugroho jilid 2 nantinya, terutama apabila terkait masalah status pemain dan transfer pemain yang dibina oleh PSSI dengan meminjamnya dari klub-klub di Indonesia ??

APBD seharusnya tidak lagi digunakan untuk memodali klub profesional apalagi untuk tim senior plat merah tetapi gunakanlah untuk pembinaan para pemain muda kita, PPLP yang ada di Indonesia sudah bagus tapi PPLP hanya ada di beberapa titik saja di Indonesia, alangkah baiknya jika seluruh klub baik di Liga Super maupun Divisi Utama memiliki sistem pembianaan seperti yang dilakukan oleh PPLP, jika ini dilakukan pasti akan mendapatkan manfaat nyata bagi perkembangan sepakbola nasional kedepannya.

Sepakbola Nasional juga kekurangan kompetisi usia muda, PSSI hanya menyediakan kompetisi selevel turnamen atau mungkin hanya selevel festival. kompetisi masal sudah diambil alih oleh Liga Pelajar Indonesia (LPI) tapi hanya ada sedikit kompetisi level elit yang diikuti oleh klub-klub dibawah naungan PSSI memang ada Piala/liga Medco, Piala Suratin dan Kompetisi U-21 karena kebanyakan dari kompetisi tersebut sebenarnya hanya berlevel turnamen saja, PSSI harus segera mengundang seluruh elemen sepakbola nasional untuk dapat memetakan sistem kompetisi yang baik bagi generasi penerus Bambang pamungkas dkk ini. Hal ini harus terus dilakukan agar jangan sampai kita sudah cukup puas hanya dengan mengirim pemain-pemain muda ke luar negeri untuk dibina diluar, dibandingkan mengelola kompetisi dan melakukan pembinaan yang baik dan modern di dalam negeri, kalau jalan pintas mengirim tim keluar negeri untuk dibina di luar terus-menerus dilakukan tanpa memperbaiki sistem pembinaan di dalam negeri (akar masalah yang sebenarnya) maka sepakbola nasional akan tetap mengalami kemunduran di bidang prestasi. Kita punya jutaan anak-anak yang bertalenta di negeri ini sayang jika akhirnya mereka tidak dibina dan diberikan jalur yang tepat untuk berkembang, Sepakbola kita memang butuh banyak akademi seperti La Masia bukan cuma IFA, SAD Indonesia, Akademi Arema Indonesia, Akademi Pelita jaya atau Akademi Sriwijaya FC …

*kutipan tuLisan WeshLey HutagaLung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar